13 Januari 2014
Sebuah niat yang sudah tertanam.. Aku ingin ‘mengabdi’ di
bangku sekolah..
Menenteng tiga buah map berwarna hijau.. bertulisankan
tangan tegak bersambung.. hitam di atas putih.. bukti sebuah niat telah
tersemat..
Satu tujuan pertama.. sebuah tempat asing.. sebuah nama yang
baru pertama terdengar..
Perjalanan mencari.. tigapuluh menit.. lumayan..
Mataku bergerilya.. Mencari tanda-tanda khas pintu masuk
sebuah sekolah.. Sebuah gerbang sekolah..
Terlewati.. bukan gerbang.. bukan ukiran diatas pualam.. hanya
papan kayu.. hijau dan usang.. tak ada gerbang.. tak ada pagar pembatas..
“Ini..? yakin..?”, berkata
pada diri sendiri.. Tapi nyatanya papan
itu bertuliskan alamat yang kutuju..
Tiga buah gedung.. halaman dengan tanah berumput..
“Pasti ini.. toh di sana ada seragam khas sekolah tingkat
atas.. Putih.. Abu-abu..”, mulai kembali bergumam dengan diriku sendiri..
Aku sudah sampai sejauh ini.. mempertaruhkan niat..
Memasuki halaman sekolah.. halaman sekolah yang belum pernah
kulihat ada yang seperti ini.. diiringi pandangan heran dan tanda tanya dari
puluhan pasang mata..
Aku sampai di bawah sebuah pohon kelapa.. yaaa.. pohon kelapa di halaman sekolah..
Bertanya, mencari ruang yang sekiranya pantas disebut
sebagai ruang Kepala Sekolah..
Ahh yaa,, kembali aku tertegun.. aku sedang berada tepat
dihadapannya.. berdiri di depan ruang Kepala Sekolah yang sekaligus adalah ruang
guru-guru..
Kembali mendapatkan pandangan heran.. “Apa aku terlalu
aneh..?”, pertanyaan mengudara dibenakku..
Entahlah.. aku sedang
berusaha.. menyembunyikan keterkejutanku.. mencoba mengusir dengan senyuman
sebisaku..
Bangku-bangku tua berbalur cat hitam.. sepetak ruang yang
dihuni puluhan jiwa..
Jiwa-jiwa yang
membuatku kagum nantinya..
Sambutan hangat dari Ibu kepala sekolah.. perbincangan seperlunya
selama 15menit.. selesai dan berpamitan..
Perjalanan pulangku terasa gamang.. aku melihat,, apa yang
belum pernah aku lihat.. ada rasa nyeri dalam dada.. ada beribu pertanyaan
mengudara..
“Kenapa?”
Mencoba menikmati perjalanan pulang tigapuluh menit dengan
jalan aspal yang berkelok-kelok.. sesekali menanjak dan turun..
Terlalu tertegun dengan pemandangan tadi.. dua map hijau
urung kuantarkan ke alamat yang sudah tertulis di sana..
Ini di Jawa.. tahun 2014.. di Yogyakarta.. kota yang masih
menyandang nama sebagai kota Pelajar.. Apa selama ini aku terlalu menutup mata?
Sebuah desa dipinggiran bantaran sungai Progo..
Ini terlalu gamang..
Tentang ada dan tidaknya harapan..
Tapi,, ada yang mendekat pelan..
Ada yang mengetuk perlahan..